Adalah Anak dari Sorba Di Banua, yaitu : Si Bagot Ni Pohan Si Lahi
Sabungan, Si Raja Oloan, Si Paittua. Dari cerita rakyat Tapanuli (
tarombo ), Sibagotni Pohan kemudian sebagai pengganti Sorba Di Banua di
tanah mereka di Balige. Karena adanya selisih paham antara
mereka, akhirnya Si Lahi Sabungan, Si Raja Oloan dan Si Paittua memilih
hengkang dari Balige, mengembara untuk mencari daerah baru untuk mereka
menetap.
Si Paitua memilih tinggal di daerah Porsea , kemudian Si Raja Oloan memilih tinggal di Pangururan, Samosir, sementara Si Lahi Sabungan memilih mengembara dan menemukan membuka tempat baru yang kemudian dia sebut sebagai Huta Lahi (Silalahi) di pesisir danau Toba ( danau Silalahi) Pakpak , Dairi.
Dalam kultur Tapanuli, ketika
seseorang membuka satu perkampungan (huta) maka ia akan menobatkan
dirinya sebagai raja Sipukka Huta ( artinya : di sebut sebagai raja,
sebab ia merupakan orang pertama yang merintis perkampungan tersebut ).
Sehingga ia dan keturunannya ( ahli waris ) akan selalu dihormati
sepanjang perjalanan masa (sampai saat ini ), bahwa keturunan tersebut
akan tetap di sebut sebagai keturunan Sipukka Huta.
Artikulasi raja dalam kultur tapanuli tidak seperti arti harafiahnya (bahasa indonesia umumnya) yang memaknai raja sebagai penguasa yang memiliki kekuasaan, pasukan dan istana kerajaan.
Arti raja dalam bahasa tapanuli adalah sebagai sosok (figur) yang sangat dihormati dan dipandang tinggi
dan sangat disegani. Yaitu orang yang memiliki otoritas untuk memberi
berkat-berkat (petuah) dan juga bisa mendatangkan kutuk-kutuk bagi
orang-orang yang diserapahinya.
Demikian halnya dengan Silahi Sabungan. Ketika ia membuka perkampungan bagi keturunannua di Huta Lahi ( kemudian disebut sebagai Silalahi Nabolak , Pakpak , Dairi ), maka ia dipanggil dengan Raja Silahi Sabungan. Dan keturunnanya disebut keturunan (bah.tapanuli=Pomparan) Raja Silahi Sabungan.
Sejak dahulu kala, keturunan Raja Silahi Sabungan kemudian mendiami
perkampungan Huta Lahi. Masing-masing marga keturunannya memiliki satu
lahan perkampungan. Penamaan perkampungan itu sesuai dengan penamaan
marga keturunannya. Selain itu, dahulu kala seorang kepala atau Raja
Sipukka Huta akan mengadakan pesta besar dengan mengundang
kerabat-kerabat dan tetangga kampung untuk merayakan sekaligus
mendeklarasikan keberadaan mereka di tanah dan perkampungan tersebut.
Dengan demikian , pihak-pihak lain tidak dapat seenaknnya untuk
menguasai atau mendiami wilayah tersebut.
Sampai saat ini, keturunan
Raja Silahisabungan masih dapat menikmati peninggalan nenek moyang Raja
Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak, yaitu tanah peninggalan yang diberi
nama sesuai dengan penamaan marga-marga keturunan Raja Silahi
Sabungan.Kemudian para keturunan ini, saat ini membuat Tugu Makam Raja
Silahi Sabungan (Tumaras) sebagai lambang dan pengharagaan kepada nenek
moyang mereka di Silalahi Nabolak. Dan setiap tahunnya, para keturunan
ini mengadakan pesta besar (bah.tapanuli=Bolon) atau Luhutan Bolon untuk
menghormati leluhur mereka. Sementara ini, secara bergantian para
marga-marga keturunannya secara bergantian sebagai pelaksana perhelatan
(Luhutan Bolon) tersebut.
Silahi Sabungan adalah seorang yang sakti. Ia sering mengembara dan
mengadu kekuatan ilmu kesaktian sampai ke Simalungun, Samosir dan Karo.
Sebagai upah kesaktiaanya mengobati seorang putri raja marga Manurung di
Sibisa , Samosir, kemudian ia menikahi putri tersebut. Kemudian dari
putri tersebut melahirkan seorang putra lagi dan diberi nama Tambun
Raja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar